Kamis, 20 September 2018

Kesenian Tradisional Dari Garut

Kesenian Tradisional Dari Garut - Banyak sekali kesenian kesenian yang ada di daerah garut yang belum diketahui oleh banyak orang. Yang tentunya bisa membuat orang takjub melihat kesenin keseniannya.

                      Kesenian Tradisional Dari Garut



Berikut adalah beberpa kesenian garut :

1.  Dodombaan

Dodomban adalah Atraksi seni yang menggunakan tetabuhan alat kendang pencak silat dengan beberapa orang pendukungnya. Satu atau dua orang melakukan gerakan ibing pencak silat, dan delapan orang yang mengusung dua buah patung domba dari kayu yang dapat ditunggangi oleh anak anak serta dewasa.
Kesenian ini lahir dari Desa Panembong Kec. Bayongbong Garut dan dipimpin oleh Bapak Sajidin.

2. Lais

Kesenian ini diambil dari Nama Seseorang yang amat termpil dalam memanjat pohon kelapa yang Bernama Laisan yang sehari hari di panggil Pak Lais. Lais ini suidh terkenal dari zaman Penjajahan Belanda. Tempatnya berada di Kampung Nangka Pait, Kecamatan Sukawening. Atraksi yang ditontonkan mula-mula pelais memanjat bambu kemudian pindah ke tambang sambil menari nari serta berputar di udara tanpa memakai sabuk pengaman, sambil diiringi tetabuhan seperti dog dog, gendang, kempul serta terompet.

3. Badeng

Kesenian tradisional BADENG ini diciptakan pada tahun 1800 yaitu di zamanPara Wali, kesenian ini awalnya diciptakan oleh seorang tokoh penyebar agama Islam yang bernama Arfaen Nursaen yang berasal dari daerah Banten kemudian terus menetap di Kampung Sanding Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut, beliau dikenal masyarakat disana sebagi Lurah Acok.

4. Bangklung

Kesenian Bangklung ini merupakan perpaduan anatra dua buah kesenian tradisional, yaitu Kesenian Terebang serta Kesenian Angklung Badud. Kesenian Bangklung merupakan hasil prakarsa Bapak Rukasah selaku Kepala Seksi Bidang Kesenian Depdikbud Kabupaten Garut, sudah menetapkan perpaduan jenis kesenian Terebang serta Angklung pada tanggal 12 Desember 1968 di Desa Cisero Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut.

5. Gesrek

Seni Gesrek bisa disebut juga Seni Bubuang Pati (mempertaruhkan nyawa). Jika dikaji dengan teliti, seni Gesrek bisa juga bersifat religius. Dengan ilmu ilmu, dan mantra mantra yang berasal dari ayat Al Qur'an pelaku seni ini dapat tahan pukulan, tak mempan senjata tajam atau tidak mempan dibakar.

Demi keutuhan serta mengasah ilmu yang dimiliki pemain Gesrek perlu mengadakan pemulihan keutuhan ilmu dengan jalan ngabungbang (kegiatan ketuhanan yang dilkukan tiap malam tanggal 14 Maulud) yaitu mengadakan mandi suci tujuh muara yang menghadap ke sebelah timur sambil mandi dibacakan mantra mantra hingga selesai atas bantuan teman atau guru jika masih ada. Jadi dengan adanya Seni Gesrek kegiatan ritual dapt dilakukan secara rutin sebagai rasa persatuan serta kesatuan sesama penggemar seni yang dirasa masih langka.

Setelah terbentuknya Seni Gesrek ini timbul gagasan untuk mengkolaborasikannya dengan seni yang berkembang juga di wilayah ini yaitu seni Abah Jubleg. Seni ini disebut khowarikul adat (di luar kebiasaan) karena Abah Jubleg bisa mengangkat benda yang beratnya lebih dari 1 (satu) kwintal dengan menggunakan kekuatan gigi, bisa mengubah kesadaran manusia menjadi tingkah laku binatang (Babagongan/Seseroan) serta memakan benda yang tak biasa dimakan oleh manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar